Agama Ramah Lingkungan : Perspektif Al Quran

Ada satu ayat dalam Al Quran yang selalu menjadi patokan bahwa kerusakan di dunia ini adalah karena keserakahan manusia, lebih lengkapnya begini ''Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) pe...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: Mujiyono Abdillah
Format: Online
Language:Indonesia
Published: Paramadina 2001
Online Access:http://103.142.62.240:80/perpus/index.php?p=show_detail&id=991849
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Ada satu ayat dalam Al Quran yang selalu menjadi patokan bahwa kerusakan di dunia ini adalah karena keserakahan manusia, lebih lengkapnya begini ''Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).'' (Q.S. Ar-Ruum (30):41). Kerusakan ini akibat dari tangan-tangan manusia, karena pandangan hidupnya yang tidak ramah terhadap alam. Dalam pengantar yang disampaikan oleh Prof.Dr.Nanat Fatah Natsir ini selanjutnya dituliskan bahwa kerusakan ini jika dihubungkan dengan sejarah peradaban modern adalah buah dari penuhanan terhadap diri manusia. Manusia modern menganggap bahwa manusia adalah pusat alam semesta, dan memandang alam ada untuk ditaklukan dan untuk melayani manusia. Inilah sebenarnya yang menjadi sumber malapetaka lingkungan sedang kita hadapi. Lagi-lagi dalam sejarah, paradigma ini dikenal dengan paradigam Cartesian yang dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang populer dengan sebutan bapak filsafat modern. Sejak lahirnya era pencerahan ini, dunia barat giat melakukan penaklukan-penaklukan dengan mengadakan ekspansi ke berbagai belahan dunia. Buku ini sepertinya berpijak pada ayat tadi (Ar-Ruum:30) karena memulai mengantarkan pembaca pada konteks kerusakan yang terjadi dimuka bumi ini. Dan menjadikan agama (dan filsafat) sebagai solusi untuk mengatasi masalah lingkungan terutama yang berasal dari cara pandang. Keyakinan penulis tercermin pada awal pendahuluan yang menyatakan bahwa agama berperan dalam merumuskan pandangan mengenai alam dan dalam menciptakan perspektif-perspektif mengenai peran manusia terhadap alam. Karena agama memiliki konsepsi yang jelas mengenai hubungan antara manusia dengan Pencipta, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam sekelilingnya. Dalam posisi ini, agama menjadi sangat penting artinya untuk menganalisis akar krisis lingkungan dan mencari pemecahannya. Disamping itu, agama-agama besar dunia telah mengembangkan etika mengenai hubungan sosial di antara manusia, dan manusia dengan alam sudah tentu meliputi persoalan-persoalan krisis ekologi ini (hal 17). Buku ini selebihnya dibagi dalam tiga bagian penting, (1) Pandangan-dunia Islam tentang perlindungan lingkungan; (2) Perlindungan alam dalam praktek; dan (3) menuju fiqih lingkungan. Ketiga bagian ini diuraikan dalam bentuk paparan-paparan yang menarik dikaji, misalnya dalam bagian pertama pandangan-dunia islam tentang perlindungan lingkungan, kita akan dibawa untuk menggali justifikasi dari sumber hukum islam. Lantas dari manakah menggali sumber justifikasi itu? Selanjutnya penulis memaparkan (1) Al Quran, (2) Al Hadist, (3) Ijma, (4) Qiyas dan (5)Tradisi-tradisi umat islam. (hal 30-32). Kelima dasar inilah yang akan menjadi panduan selanjutnya menggali masalah dan persoalan lingkungan. Setelah mengetahui dasar justifikasi dalam Islam, selanjutnya bagaimana konsepsi islam dalam memandang alam semesta. Di dalam ayat-ayat yang tersebar, Al-Qur'an menunjukan banyak sekali subjek-subjek alam semesta baik mikrokosmos maupun makrokosmos, yang layak dipikirkan dan direnungkan. Al-Qur'an suci menyatakan dalam Al Anbiya (21): 107 ''Katakanlah: 'perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi'' (hal 34). Ketiga konsepsi tentang alam ini terdiri dari (1) konsepsi ilmiah, (2) Konsepsi filosofis, dan (3) konsepsi religius. Dalam pandangan islam, alam semesta itu ada dalam takdir Sang Pencipta dan ada dalam pemeliharaannya. Allah Yang Maha Suci telah menentukan alam raya ini dengan seimbang dan harmonis yang mana tiap-tiap bentuk yang ada di langit dan di bumi serta yang ada diantara keduanya diciptakan dengan sifat-sifat alamiahnya masing-masing untuk membimbing peranannya menuju kesempurnaan masing-masing. Oleh karena itu, Islam memandang bahwa bentuk-bentuk kreasi tidak ada yang sia-sia. Mereka diciptakan bukan tanpa alasan dan tujuan, segala sesuatu diarahkan menuju kesempurnaannya sendiri. Islam mengajarkan bahwa alam raya diliputi oleh hukum alam sebagai hukum milik Allah yang di dalamnya berlaku sebab dan akibat (hal 39). Dalam perlindungan terhadap lingkungan, penulis buku ini menunjukan ayat-ayat yang berhubungan misalnya dengan Air (Al Anbiya (21): 30), serta usaha proteksinya misalnya dalam Hadist riwayat Imam Muslim, riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, Al Hakim dan Al Baihaqi dari Muadz (hal 81). Usaha proteksi selanjut pada tanah, udara, tumbuhan, binatang dan energi. Penulis disini menyampaikan dengan seksama ayat ataupun hadist dan rujukan yang penting dalam menguraikan bentuk usaha yang bisa menjadi alternatif pengelolaan lingkungan. Dalam menuju fiqih Islam, pertama-tama penulis membongkar paradigma cartesian dan budaya saintisme. Paradigma Cartesian yang semakin kokoh dengan lahirnya revolusi sainsdan modern. Melalui penemuan-penemuan baru disegala bidang ilmu pengetahuan, kedudukan filsafat Des Cartes semakin kokoh. Penulis mengkritik paradigma ini sebagai biang kerusakan lingkungan. Dengan paradigma Des Cartes ini, lahir pola pikir, sikap mental dan sistem nilai yang mendorong terciptanya berbagai problem dan krisis global yang kompleks dan multidimensional seperti krisis ekologi, krisis moral, dehumanisasi, kekerasan, ketimpangan global, dan krisis eksistensial (hal 112). Penulis menawarkan solusi menangani persoalan itu dengan pendekatan Islam. Karena Islam memandang persoalan-persoalan dengan sudut pandang dan cara pendekatan yang menyeluruh tetapi spesifik dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan lain, yang dengannya ia diterima oleh semua orang tanpa memandang kelas sosial, kecerdasan dan tingkat pendidikan. Wilayah moral adalah salah satu wilayah penting dalam islam dimana Islam dapat menyampaikan pesan-pesannya secara efektif, karena moral adalah nilai-nilai yang diterima dan diperlukan oleh semua lapisan manusia (hal 126). Untuk kajian Islam, buku ini sangat menarik, dari sisi universalitas pemaparan yang mengambil ayat Al-Qur'an tanpa menuliskan dalam bentuk tulisan arabnya, harusnya bisa diterima dengan mudah oleh semua kalangan. Misalnya para pecinta alam, aktivis masjid yang mengadvokasi lingkungan dll. Kajian-kajian ayat yang mendalam serta menyeluruh membuktikan secara khusus buku ini sangat dalam dan bergizi. Kritiknya hanya pada ilustrasi, lagi-lagi saya selalu melihat sebuah buku tidak saja pada isi tetapi juga pada tampilan. Untuk kalangan akademisi, buku ini cocok menjadi referensi kajian lingkungan berbasis agama, sayangnya dalam ranah populer, buku sepertinya masih terbatas pada pembaca yang beragama Islam saja. Buku setebal 141, ditulis oleh Sunardi, Ph.D. Seorang staf pengajar muda di Jurusan Biologi Universitas Padjadjaran dan Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Unpad, Bandung. Buku ini diterbitkan oleh Program Studi Magister Ilmu Lingkungan- Universitas Padjadjaran dengan dukungan dari Yayasan Pribumi Alam Lestari. Secara pribadi saya sangat mengagumi karya Pak Sunardi ini, sebuah karya yang akan menjadi kenangan sepanjang mas