Politisasi Ujaran Nabi
Kepalsuan suatu hadis dapt dikenali melalui ciri-cirinya, salah satunya adalah penggunaan bahasanya (matan) yang terlalu “lebay” dalam menyoroti suatu hal yang dalam pandangan manusia dianggap biasa-biasa saja. Sepeninggal Rasulullah SAW umat Islam sepakat menyerahkan segala urusan mereka kepada em...
Saved in:
Main Authors: | , , |
---|---|
Format: | Online |
Language: | Indonesia |
Published: |
Maghza Books
2016
|
Online Access: | http://103.142.62.240:80/perpus/index.php?p=show_detail&id=992369 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
id |
oai:slims-992369 |
---|---|
recordtype |
slims |
spelling |
oai:slims-992369Politisasi Ujaran Nabi MUHAJIRIN Ahmad Zaky Mubarok Iqbal Darwani Maghza Books 2016 Cet. 1 Indonesia BUKU BUKU xvi, 154 hlm., 24 cm. Kepalsuan suatu hadis dapt dikenali melalui ciri-cirinya, salah satunya adalah penggunaan bahasanya (matan) yang terlalu “lebay” dalam menyoroti suatu hal yang dalam pandangan manusia dianggap biasa-biasa saja. Sepeninggal Rasulullah SAW umat Islam sepakat menyerahkan segala urusan mereka kepada empat orang khalifah (khilafa al-rasyidin), tetapi entah siapa yang memulai, masing-masing figure dijual namanya demi kepentingan kelompok politik tertentu melalui fabrikasi ujaran suci sang nabi. Tujuan ‘mulia’ politik tak lain adalah ingin merebut kekuasaan, dan bagaimana cara melanggengkan kekuasaan dengan menghalalkan berbagai cara. Akar permasalahan sudah mulai muncul sesaat setelah mangkatnya Rasulullah SAW. Perebutan kewenangan kepemimpinan sehingga memunculkan tribalisme kuno sebelum ajaran Islam. Masing-masing suku atau kabilah mengklaim bahwa hanya kelompoknyalah yang paling berhak mewarisi kekhalifahan Islam dari Baginda Rasulullah SAW. Untuk tujuan tersebut, segala jargon politik dimainkan, termasuk mempolitisasi ujaran suci Sang Nabi tentang keberpihakan beliau kepada figur-figur yang mereka jagokan. Buku ini terdiri dari lima bab bahasan. Bab pertama, pendahuluan, meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua membahas mengenai fitnah al kubra dalam lintasan sejaran. Bab ketiga mengenai pengaruh fitnah al kubra terhadap pemalsuan hadis, meliputi hadis palsu, pemalsu hadis, dan tipologi hadis palsu. Bab keempat mengenai analisis hadis palsu akibat fitnah al-kubra, meliputi keshahihan sanad dan matan hadis, dan analisis hadis palsu menurut kelompok muawiyah, syiah, khawarij dan jumhur al-muslimin. Bab lima adalah penutup berisi simpulan dan saran-saran. Kepalsuan suatu hadis dapt dikenali melalui ciri-cirinya, salah satunya adalah penggunaan bahasanya (matan) yang terlalu “lebay” dalam menyoroti suatu hal yang dalam pandangan manusia dianggap biasa-biasa saja. Sepeninggal Rasulullah SAW umat Islam sepakat menyerahkan segala urusan mereka kepada empat orang khalifah (khilafa al-rasyidin), tetapi entah siapa yang memulai, masing-masing figure dijual namanya demi kepentingan kelompok politik tertentu melalui fabrikasi ujaran suci sang nabi. Tujuan ‘mulia’ politik tak lain adalah ingin merebut kekuasaan, dan bagaimana cara melanggengkan kekuasaan dengan menghalalkan berbagai cara. Akar permasalahan sudah mulai muncul sesaat setelah mangkatnya Rasulullah SAW. Perebutan kewenangan kepemimpinan sehingga memunculkan tribalisme kuno sebelum ajaran Islam. Masing-masing suku atau kabilah mengklaim bahwa hanya kelompoknyalah yang paling berhak mewarisi kekhalifahan Islam dari Baginda Rasulullah SAW. Untuk tujuan tersebut, segala jargon politik dimainkan, termasuk mempolitisasi ujaran suci Sang Nabi tentang keberpihakan beliau kepada figur-figur yang mereka jagokan. Buku ini terdiri dari lima bab bahasan. Bab pertama, pendahuluan, meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua membahas mengenai fitnah al kubra dalam lintasan sejaran. Bab ketiga mengenai pengaruh fitnah al kubra terhadap pemalsuan hadis, meliputi hadis palsu, pemalsu hadis, dan tipologi hadis palsu. Bab keempat mengenai analisis hadis palsu akibat fitnah al-kubra, meliputi keshahihan sanad dan matan hadis, dan analisis hadis palsu menurut kelompok muawiyah, syiah, khawarij dan jumhur al-muslimin. Bab lima adalah penutup berisi simpulan dan saran-saran. Hadis Palsu Hadis Maudu Jumhur al-Muslimin Khawarij Syiah Kelompok Muawiyah 2X2.45 http://103.142.62.240:80/perpus/index.php?p=show_detail&id=992369 9786027412132 2X2.45 MUH p 16TD160663.00 |
institution |
IAIN Pekalongan |
collection |
Book |
language |
Indonesia |
format |
Online |
author |
MUHAJIRIN Ahmad Zaky Mubarok Iqbal Darwani |
spellingShingle |
MUHAJIRIN Ahmad Zaky Mubarok Iqbal Darwani Politisasi Ujaran Nabi |
author_facet |
MUHAJIRIN Ahmad Zaky Mubarok Iqbal Darwani |
author_sort |
MUHAJIRIN |
title |
Politisasi Ujaran Nabi |
title_short |
Politisasi Ujaran Nabi |
title_full |
Politisasi Ujaran Nabi |
title_fullStr |
Politisasi Ujaran Nabi |
title_full_unstemmed |
Politisasi Ujaran Nabi |
title_sort |
politisasi ujaran nabi |
description |
Kepalsuan suatu hadis dapt dikenali melalui ciri-cirinya, salah satunya adalah penggunaan bahasanya (matan) yang terlalu “lebay” dalam menyoroti suatu hal yang dalam pandangan manusia dianggap biasa-biasa saja. Sepeninggal Rasulullah SAW umat Islam sepakat menyerahkan segala urusan mereka kepada empat orang khalifah (khilafa al-rasyidin), tetapi entah siapa yang memulai, masing-masing figure dijual namanya demi kepentingan kelompok politik tertentu melalui fabrikasi ujaran suci sang nabi. Tujuan ‘mulia’ politik tak lain adalah ingin merebut kekuasaan, dan bagaimana cara melanggengkan kekuasaan dengan menghalalkan berbagai cara. Akar permasalahan sudah mulai muncul sesaat setelah mangkatnya Rasulullah SAW. Perebutan kewenangan kepemimpinan sehingga memunculkan tribalisme kuno sebelum ajaran Islam. Masing-masing suku atau kabilah mengklaim bahwa hanya kelompoknyalah yang paling berhak mewarisi kekhalifahan Islam dari Baginda Rasulullah SAW. Untuk tujuan tersebut, segala jargon politik dimainkan, termasuk mempolitisasi ujaran suci Sang Nabi tentang keberpihakan beliau kepada figur-figur yang mereka jagokan. Buku ini terdiri dari lima bab bahasan. Bab pertama, pendahuluan, meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua membahas mengenai fitnah al kubra dalam lintasan sejaran. Bab ketiga mengenai pengaruh fitnah al kubra terhadap pemalsuan hadis, meliputi hadis palsu, pemalsu hadis, dan tipologi hadis palsu. Bab keempat mengenai analisis hadis palsu akibat fitnah al-kubra, meliputi keshahihan sanad dan matan hadis, dan analisis hadis palsu menurut kelompok muawiyah, syiah, khawarij dan jumhur al-muslimin. Bab lima adalah penutup berisi simpulan dan saran-saran. |
publisher |
Maghza Books |
publishDate |
2016 |
url |
http://103.142.62.240:80/perpus/index.php?p=show_detail&id=992369 |
_version_ |
1690546488193581056 |
score |
10.821803 |