Kebangkitan Hadits di Nusantara

Perkembangan pemikiran hadits di nusantara, tidak terlepas dari perkembangan hubungan antara muslim Nusantara dengan pusat pendidikan Islam yang ada di Haramain. Abab 17-18 merupakan masa yang paling dinamis dalam sejarah social intelektual kaum muslimim. Hal ini didukung dengan semakin kuatnya sema...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: MUHAJIRIN, Muhammad Zuhri Abu Nawas
Format: Online
Language:Indonesia
Published: Idea Press Yogyakarta 2016
Online Access:http://103.142.62.240:80/perpus/index.php?p=show_detail&id=992371
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
id oai:slims-992371
recordtype slims
spelling oai:slims-992371Kebangkitan Hadits di Nusantara MUHAJIRIN Muhammad Zuhri Abu Nawas Idea Press Yogyakarta 2016 Cet.1 Indonesia BUKU BUKU xiv, 160 hlm., 24 cm. Perkembangan pemikiran hadits di nusantara, tidak terlepas dari perkembangan hubungan antara muslim Nusantara dengan pusat pendidikan Islam yang ada di Haramain. Abab 17-18 merupakan masa yang paling dinamis dalam sejarah social intelektual kaum muslimim. Hal ini didukung dengan semakin kuatnya semangat baru keagamaan di sebagaian besar masyarakat nusantara, khususnya Jawa dan Sumatera, akibat dibukanya terusan suez pada tahun 1869 M. Bertambahnya pengetahuan umat Islam Nusantara terhadap praktik ritual dan doktrin pembaharuan, tidak hanya menyebabkan watak ke-Islaman yang lebih toleran tetapi juga lebih seirama dengan watak Islam Timur Tengah. Revitalisasi ajaran Nabi Muhammad SAW yang sudah berlangsung sejak paruh kedua abad ke 17 terus berkembang seiring dengan masuknya gagasan pembaharuan (modernisasi) yang menekankan kembali kepada alQuran dan hadits sebagai sumber ajaran Islam. Kajian hadis di Indonesia sampai awal abad XX masih langka dantermarjinalkan. Howard M. Federspiel menyimpulkan, pada masa imperialisme Belanda, materi hadits di Indonesia masih sebagai bagian dari kajian fikih, bukan kajian hadits tersendiri. Buku ini mengupas kebangkitan hadis nusantara dalam lima bab pembahahasan. Bab pertama berupa pendahuluan meliputi permasalahan, kerangka teori, metodologi dan penelitian. Bab kedua mengenai membumikan al Quran dan al hadits meliputi hadits menjadi perhatian, antara nusantara dan haramain, dan ulama berpengaruh. Bab ketiga membahas mengenai perkembangan pembelajaran hadis di Nusantara, meliputi hadis di Nusantara abab XVII-XVIII, hadis nusantara abad XIX-XX, tokoh dan kreatifitas ulama, pembelajaran hadis di nusantara, kitab hadis karya al-Tarmasi, materi hadis yang diajarkan dan metode pengajaran. Bab keempat mengenai perkembangan hadits di ranah Indonesia. Bab terakhir berisi simpulan. Referensi dalam buku ini disajikan per bab. Perkembangan pemikiran hadits di nusantara, tidak terlepas dari perkembangan hubungan antara muslim Nusantara dengan pusat pendidikan Islam yang ada di Haramain. Abab 17-18 merupakan masa yang paling dinamis dalam sejarah social intelektual kaum muslimim. Hal ini didukung dengan semakin kuatnya semangat baru keagamaan di sebagaian besar masyarakat nusantara, khususnya Jawa dan Sumatera, akibat dibukanya terusan suez pada tahun 1869 M. Bertambahnya pengetahuan umat Islam Nusantara terhadap praktik ritual dan doktrin pembaharuan, tidak hanya menyebabkan watak ke-Islaman yang lebih toleran tetapi juga lebih seirama dengan watak Islam Timur Tengah. Revitalisasi ajaran Nabi Muhammad SAW yang sudah berlangsung sejak paruh kedua abad ke 17 terus berkembang seiring dengan masuknya gagasan pembaharuan (modernisasi) yang menekankan kembali kepada alQuran dan hadits sebagai sumber ajaran Islam. Kajian hadis di Indonesia sampai awal abad XX masih langka dantermarjinalkan. Howard M. Federspiel menyimpulkan, pada masa imperialisme Belanda, materi hadits di Indonesia masih sebagai bagian dari kajian fikih, bukan kajian hadits tersendiri. Buku ini mengupas kebangkitan hadis nusantara dalam lima bab pembahahasan. Bab pertama berupa pendahuluan meliputi permasalahan, kerangka teori, metodologi dan penelitian. Bab kedua mengenai membumikan al Quran dan al hadits meliputi hadits menjadi perhatian, antara nusantara dan haramain, dan ulama berpengaruh. Bab ketiga membahas mengenai perkembangan pembelajaran hadis di Nusantara, meliputi hadis di Nusantara abab XVII-XVIII, hadis nusantara abad XIX-XX, tokoh dan kreatifitas ulama, pembelajaran hadis di nusantara, kitab hadis karya al-Tarmasi, materi hadis yang diajarkan dan metode pengajaran. Bab keempat mengenai perkembangan hadits di ranah Indonesia. Bab terakhir berisi simpulan. Referensi dalam buku ini disajikan per bab. Hadis Tarmasi Hadis - Sejarah -Indonesia Hadis Nusantara 2X2.9598 http://103.142.62.240:80/perpus/index.php?p=show_detail&id=992371 9786020850900 2X2.9598 Muh k 16TD160665.00
institution IAIN Pekalongan
collection Book
language Indonesia
format Online
author MUHAJIRIN
Muhammad Zuhri Abu Nawas
spellingShingle MUHAJIRIN
Muhammad Zuhri Abu Nawas
Kebangkitan Hadits di Nusantara
author_facet MUHAJIRIN
Muhammad Zuhri Abu Nawas
author_sort MUHAJIRIN
title Kebangkitan Hadits di Nusantara
title_short Kebangkitan Hadits di Nusantara
title_full Kebangkitan Hadits di Nusantara
title_fullStr Kebangkitan Hadits di Nusantara
title_full_unstemmed Kebangkitan Hadits di Nusantara
title_sort kebangkitan hadits di nusantara
description Perkembangan pemikiran hadits di nusantara, tidak terlepas dari perkembangan hubungan antara muslim Nusantara dengan pusat pendidikan Islam yang ada di Haramain. Abab 17-18 merupakan masa yang paling dinamis dalam sejarah social intelektual kaum muslimim. Hal ini didukung dengan semakin kuatnya semangat baru keagamaan di sebagaian besar masyarakat nusantara, khususnya Jawa dan Sumatera, akibat dibukanya terusan suez pada tahun 1869 M. Bertambahnya pengetahuan umat Islam Nusantara terhadap praktik ritual dan doktrin pembaharuan, tidak hanya menyebabkan watak ke-Islaman yang lebih toleran tetapi juga lebih seirama dengan watak Islam Timur Tengah. Revitalisasi ajaran Nabi Muhammad SAW yang sudah berlangsung sejak paruh kedua abad ke 17 terus berkembang seiring dengan masuknya gagasan pembaharuan (modernisasi) yang menekankan kembali kepada alQuran dan hadits sebagai sumber ajaran Islam. Kajian hadis di Indonesia sampai awal abad XX masih langka dantermarjinalkan. Howard M. Federspiel menyimpulkan, pada masa imperialisme Belanda, materi hadits di Indonesia masih sebagai bagian dari kajian fikih, bukan kajian hadits tersendiri. Buku ini mengupas kebangkitan hadis nusantara dalam lima bab pembahahasan. Bab pertama berupa pendahuluan meliputi permasalahan, kerangka teori, metodologi dan penelitian. Bab kedua mengenai membumikan al Quran dan al hadits meliputi hadits menjadi perhatian, antara nusantara dan haramain, dan ulama berpengaruh. Bab ketiga membahas mengenai perkembangan pembelajaran hadis di Nusantara, meliputi hadis di Nusantara abab XVII-XVIII, hadis nusantara abad XIX-XX, tokoh dan kreatifitas ulama, pembelajaran hadis di nusantara, kitab hadis karya al-Tarmasi, materi hadis yang diajarkan dan metode pengajaran. Bab keempat mengenai perkembangan hadits di ranah Indonesia. Bab terakhir berisi simpulan. Referensi dalam buku ini disajikan per bab.
publisher Idea Press Yogyakarta
publishDate 2016
url http://103.142.62.240:80/perpus/index.php?p=show_detail&id=992371
_version_ 1690546488323604480
score 11.174184