Pemikiran Al Ghazali Tentang Epistemologi Pendidikan

Epistimologi memiliki peranan yang sangat penting karena epistimologi adalah fondasi paling dasar dalam kerangka berpikir. Dimana ketika melihat berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan masa kini maka perlu meninjau kembali epistimologi yang digunakan guna memperbaiki pendidikan yang ada. Tid...

Deskribapen osoa

Gorde:
Xehetasun bibliografikoak
Egile Nagusiak: Wahdaniyah (2021112104), Abdul Khobir, M.Ag
Formatua: Online
Hizkuntza:Indonesia
Argitaratua: Prodi S-1 Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan 2016
Sarrera elektronikoa:http://103.142.62.240:80/perpus/index.php?p=show_detail&id=992913
Etiketak: Etiketa erantsi
Etiketarik gabe, Izan zaitez lehena erregistro honi etiketa jartzen!
Deskribapena
Gaia:Epistimologi memiliki peranan yang sangat penting karena epistimologi adalah fondasi paling dasar dalam kerangka berpikir. Dimana ketika melihat berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan masa kini maka perlu meninjau kembali epistimologi yang digunakan guna memperbaiki pendidikan yang ada. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita harus menengok kembali kepada sejarah yang pernah mengantarkan Islam mencapai kejayaannya. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana pemikiran Al-Ghazali tentang epistimologi pendidikan dan bagaimana aktualisasi epistimologi pendidikan menurut Al-Ghazali dalam pendidikan masa kini? Tujuannya adalah untuk mengetahui pemikiran Al-Ghazali tentang epistimologi pendidikan dan menganalisis apakah pemikiran Al-Ghazali tentang epistimologi pendidikan tersebut masih aktual atau tidak ketika digunakan pada masa kini sebagai salah satu opsi guna memperbaiki atau menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan. Jenis penelitian ini adalah kajian kepustakaan (Library research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pengumpulan data secara induktif dengan cara mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan buku-buku dan materi pustaka lainnya, lalu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode kepustakaan dan metode dokumentasi. Untuk teknik analisis data menggunakan metode Deskriptif, dan Content Analysis. Wujud data dalam penelitian ini berupa catatan-catatan mengenai buku, arsip, dokumen-dokumen. Sumber primer yang digunakan adalah kitab asli karangan Al-Ghazali yaitu: Kitab Ihya’ Ulumuddin dan Al-Munqidz min al-Dhalal. Kemudian dilengkapi dengan sumber sekunder yang sesuai dengan pembahasan. Hasil penelitian mengungkapkan sumber ilmu pengetahuan menurut Al- Ghazali dapat diperoleh melalui inderawi, akal, al-Qur’an, Sunnah, ijma’, hati (qalb), dan dzauq (pengalaman batin). Dengan menggunakan metode keraguan, dlaruri, iktisabi, sufi (suluk), dan dzauq. Namun menurut Al-Ghazali metode yang paling diyakininya untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah metode suluk melalui jalan Sufi. Kemudian Al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu pengetahuan sesuai dengan jenisnya, yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi dimana dari ketiga jenis tersebut memiliki cabang-cabang ilmu tersendiri. Sehingga konsep epistimologi Al-Ghazali semakin banyak ilmu seseorang akan semakin mendekatkannya kepada sang pencipta. Jika ditinjau epistimologi pendidikan Al-Ghazali masih aktual hingga sekarang karena mendasarkan pada fitrah manusia secara utuh.