Tradisi pembacaan Surah Al-Ra'du Bagi orang Sakartul Maut DI PP. Tahfidzul Qur'an Safinatul Hidayah Dukuh Cibangkang Kabupaten Brebes

Penelitian ini membahas tentang tradisi pembacaan surah al-Ra’du bagi orang yang sakaratul maut di Pondok Pesantren Safinatul Hidayah Dukuh Cibangkang, Desa Ragatunjung, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Penelitian ini terfokuskan pada tiga pembahasan, yaitu tentang asal mula dan...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: Misbakhudin, Lc. M.Ag, Akhmad Najih (2031115035 )
Format: Online
Language:Indonesia
Published: Jurusan S-1 Ilmu Al Quran dan Tafsir FUAD IAIN Pekalongan 2019
Online Access:http://103.142.62.240:80/perpus/index.php?p=show_detail&id=999257
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
Description
Summary:Penelitian ini membahas tentang tradisi pembacaan surah al-Ra’du bagi orang yang sakaratul maut di Pondok Pesantren Safinatul Hidayah Dukuh Cibangkang, Desa Ragatunjung, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Penelitian ini terfokuskan pada tiga pembahasan, yaitu tentang asal mula dan dasar pelaksanaan tradisi pembacaan surah al-Ra’du di Pondok Pesantren Safinatul Hidayah, selanjutnya tentang bagaimana pelaksanaan tradisi tersebut, dan yang terakhir mengenai makna tradisi pembacaan surah al-Ra’du tersebut bagi pelaku tradisi yang meliputi Pak Kyai dan para Santri Pondok Pesantren Safinatul Hidayah menggunakan teori kebudayaan dari Clifford Greertz. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian yaitu jenis penelitian lapangan dan pendekatan fenomenologi. Dalam penelitian ini untuk pengumpulan data peneliti menggunakan dua teknik saja, yaitu wawancara dan dokumentasi karena selama penelitian tradisi ini tidak berlangsung sebab tidak ada orang yang mengalami sakaratul maut yang minta dibacakan surah al-Ra’du. Sedangkan peneliti menganalisis data tersebut dengan tiga tahap, reduction (mereduksi data), display (penyajian data), dan conclusing drawing (penarikan kesimpulan). Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa tradisi pembacaan surah al-Ra’du bagi orang sakaratul maut di Pondok Pesantren Safinatul Hidayah awal mulanya sejak pondok ini berdiri di tahun 2016 banyak masyarakat yang tatkala mempunyai keluhan ataupun masalah langsung datang ke rumah Pak Kyai, suatu ketika ada salah satu masyarakat yang meminta kepada Pak Kyai untuk membantu anggota keluarganya yang sedang mengalami sakaratul maut, tradisi pembacaan surah al-Ra’du di Pondok Pesantren Safinatul Hidayah mulai diadakan, tentunya setelah Pak Kyai Ma’mun Rifa’I mendapatkan ijazahan surah al-Ra’du setelah sebelumnya sowan dan bercerita tentang adanya masyarakat yang meminta bantuan kepada beliau untuk menyembuhkan orang yang mengalami sakaratul maut kepada salah seorang guru beliau yang bernama Kyai Masduki. Dalam beberapa kesempatan Pak Kyai Ma’mun Rifa’i juga mengijazahkan tradisi pembacaan surah al-Ra’du ini kepada para Santrinya. Tradisi pembacaan surah alRa’du dalam pelaksanaannya dengan di pimpin oleh Pak Kyai Ma’mun Rifa’i memiliki susunan, serta praktik bacaannya tersendiri, yakni dari mengatur posisi antara orang yang mengalami sakartul maut, Pak Kyai, dan Santri-santrinya, dilanjutkan dengan ber-tawassul, niat dalam hati memohon kepada Allah dengan keberkahan dan mukjizat surah al-Ra’du orang yang sakaratul maut diberikan pilihan yang terbaik, dilanjutkan dengan membaca surah al-Ra’du sebanyak tiga kali dengan meniup ubun-ubun orang yang mengalami sakaratul maut setiap selesai membaca surah al-Ra’du satu kali, dilanjutkan do’a dari Pak Kyai dan ditutup dengan membaca sholawat Burdah bersama-sama. Makna tradisi pembacaan surah al-Ra’du dengan teori kebudayaan dari Clifford Greertz, dapat disimpulkan bahwa dalam tradisi tersebut memiliki simbol yang ada pada pelaksanaan tradisi tersebut. Simbol tersebut adalah pemetaan tempat duduk yang diatur oleh Pak Kyai, ber-tawasssul, dibacanya surah al-Ra’du sebanyak tiga kali, meniup ubun-ubun orang yang mengalami sakartul maut, dan pembacaan sholawat Burdah. Simbol-simbol tersebut umumnya dilakukan oleh Pak Kyai maupun para Santrinya mengandung harapan agar do’a yang mereka panjatkan agar orang yang mengalami sakaratul maut bisa diberikan pilihan yang terbaik apakah disembuhkan dari sakaratul mautnya atau dipercepatkan meninggalnya bisa terkabulkan oleh Allah Swt dengan perantara keberkahan dan mukjizat surah al-Ra’du. Makna tersebut tumbuh melekat kuat dalam pemahaman diri setiap Santri maupun dari Pak Kyainya, menciptakan perasaan dan motivasi yang kuat dan tidak mudah hilang dalam fikiran dan hati mereka.